KIRKA – Kesatuan Perempuan Partai Golkar (KPPG) diproyeksikan menjadi salah satu mesin politik utama Partai Golkar dalam menghadapi Pemilu 2029.
Proyeksi tersebut mengemuka dalam Pelatihan Peningkatan Kapasitas SDM Kader Perempuan Partai Golkar, yang dirangkaikan dengan rapat pleno dan pembekalan strategis di Jakarta.
Acara ini menghadirkan Sekretaris Jenderal DPP Partai Golkar, M. Sarmuji, S.E., M.Si., serta pimpinan PP KPPG dan kader perempuan dari berbagai daerah di Indonesia.
Fokus utama kegiatan adalah konsolidasi organisasi, penguatan program, rekrutmen kader perempuan, dan persiapan pemenangan Pemilu 2029 dalam satu barisan komando.
Perempuan, Sejarah Politik, dan Aset Elektoral Golkar:
Dalam sambutannya, Ketua Umum PP KPPG menegaskan bahwa KPPG berada pada momentum strategis.
Berdasarkan rangkaian kunjungan ke berbagai daerah selama Musda KPPG berlangsung, terlihat jelas bahwa organisasi perempuan Golkar menyimpan energi politik yang sangat besar.
“Di setiap daerah, kader KPPG menunjukkan antusiasme tinggi, kesiapan bekerja, dan loyalitas yang kuat terhadap visi Partai Golkar.”
“Mereka sadar bahwa perempuan bukan sekadar pelengkap struktur, tetapi kekuatan elektoral paling strategis karena mewakili setengah populasi bangsa,” ujarnya.
Menurutnya, posisi KPPG sangat unik dan tak tergantikan.
Dengan struktur organisasi yang menjangkau hingga daerah terkecil, KPPG memiliki jaringan sosial yang langsung menyentuh keluarga, ekonomi rumah tangga, dunia kerja mikro, dan komunitas akar rumput.
Tidak ada sayap partai lain yang memiliki basis massa perempuan sebesar dan sedalam KPPG.
“Pengaruh kader KPPG bukan teori. Ia hadir nyata dalam pengambilan keputusan rumah tangga dan dinamika sosial-politik di desa hingga kabupaten/kota. Karena itu, konsolidasi internal menjadi keharusan,” tegasnya.
Sarmuji: Afirmasi Perempuan Harus Dibayar dengan Kapasitas
Sementara itu, Sekjen DPP Partai Golkar M. Sarmuji dalam pembekalannya menekankan bahwa penguatan peran perempuan dalam politik harus dibaca dalam kerangka sejarah dan kebijakan negara.
Ia mengingatkan bahwa perjuangan perempuan Indonesia telah berlangsung sejak era kolonial, melalui tokoh-tokoh seperti RA Kartini, Dewi Sartika, Hajjah Rangkayo Rasuna Said, dan Tri Murti.
“Negara hari ini telah memberikan ruang melalui kebijakan afirmatif, mulai dari kuota 30 persen, sistem zipper dalam pencalegan, hingga putusan Mahkamah Konstitusi tentang keterwakilan perempuan di alat kelengkapan dewan. Tapi afirmasi tidak boleh berhenti di angka,” ujar Sarmuji.
Menurutnya, afirmasi harus diiringi dengan peningkatan kapasitas keilmuan, kepemimpinan, dan keterampilan organisasi, agar perempuan benar-benar mampu menjalankan peran strategis dalam partai dan parlemen.
Mengelola Konflik dan Membangun Kerja Sama
Dalam konteks kepemimpinan politik, Sarmuji menyoroti pentingnya kemampuan mengelola konflik dan membangun kerja sama.
Ia menjelaskan bahwa konflik adalah bagian alami dari organisasi politik, sebagaimana dijelaskan dalam teori konflik sosiologis oleh Karl Marx dan Ralf Dahrendorf.
“Konflik tidak selalu buruk. Yang berbahaya adalah konflik yang tidak dikelola,” kata Sekjen Partai Golkar ini.
Ia merujuk pada model manajemen konflik Thomas – Kilmann, yang mengenal lima pendekatan, yakni: kompetisi, menghindar, mengakomodasi, kompromi, dan kolaborasi.
Menurutnya, pendekatan kolaboratif atau win – win solution harus menjadi pilihan utama dalam organisasi politik agar konflik justru menjadi sumber inovasi dan penguatan organisasi.
Dalam membangun kerja sama, Sarmuji menekankan pentingnya kepercayaan, komunikasi terbuka, dan kesadaran tujuan bersama.
“Pemimpin politik perempuan harus mampu menjadi mediator, fasilitator dialog, sekaligus pengikat solidaritas,” ujarnya.
Aspirasi Daerah: Satu Komando, Satu Strategi
Ketua Umum PP KPPG juga memaparkan aspirasi kader daerah yang menjadi dasar agenda konsolidasi nasional.
Aspirasi tersebut antara lain kebutuhan akan keselarasan program nasional, penguatan kapasitas kader secara sistematis, serta sosialisasi strategi rekrutmen perempuan menuju Pemilu 2029.
“Daerah ingin kepastian arah. Apa instruksi kerjanya, apa targetnya, dan bagaimana keberhasilan diukur. Mereka siap bergerak, asalkan ada satu komando yang jelas,” ujarnya.
KPPG pun didorong untuk naik kelas, dari sekadar supporting system menjadi pusat produksi kader perempuan Golkar, termasuk calon legislatif perempuan yang siap bersaing secara elektoral.
Menuju 2029: KPPG sebagai Pilar Kemenangan
Dalam arahannya Ketua Umum PP KPPG menegaskan sejumlah langkah strategis.
Mulai dari penyusunan platform kerja nasional, pembentukan KPPG Leadership Academy, penyusunan roadmap rekrutmen perempuan 2025 – 2029 hingga penguatan program non-anggaran seperti kampanye ketahanan keluarga, kepemimpinan digital perempuan, dan komunitas tematik.
“Pemilu 2029 bukan tujuan yang datang tiba-tiba. Ia harus dipersiapkan sejak hari ini dengan disiplin struktural, kepemimpinan yang tegas, dan kerja kolektif dalam satu barisan,” tegas Ketua Umum PP KPPG.
Pelatihan dan rapat pleno ini menandai tekad KPPG untuk tampil sebagai kekuatan perempuan modern yang terlatih, terorganisir, dan terarah.
Sekaligus memastikan bahwa energi besar kader perempuan Golkar di seluruh Indonesia dirajut menjadi kekuatan politik yang konkret dan terukur menuju kemenangan Partai Golkar pada Pemilu 2029.






